Minggu, 30 Agustus 2015

ATRESIA ANI



BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
       Atresiani termasuk kelainan kongenital yang cukup sering dijumpai, menunjukkan suatu keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan atresiani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus Frekuensi paling tinggi didapatkan pada ras kaukasia dan kulit berwarna, sedangkan pada negro, frekuensi paling rendah.
       Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001). Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni down syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk, 1990).
      
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian dalam latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Atresia Ani?
2.      Apa penyebab dari Atresia Ani?
3.      Sebutkan tanda dan gejala Penyakit Atresia Ani?
4.      Bagaimana Pencegahan Penyakit Atresia Ani?
5.      Sebutkan pengobatan penyakit Atresia Ani?
6.      Contoh Kasus Atresia Ani?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Menjelaskan pengertian dari penyakit Atresia Ani.
2.      Menjelaskan dan dapat mengetahui  penyebab terjadinya penyakit Atresia Ani.
3.      Menyebutkan anda dan gejala Atresia Ani.
4.      Menjelaskan cara untuk mencegah terjadinya penyakit Atresia Ani.
5.      Menyebutkan tanda dan gejala penyakit Atresia Ani.
6.      Menjelaskan Cotoh kasus pada pasien Atresia Ani.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Siswa dapat mengetahui pengertian dari penyakit Atresia Ani.
2.      Siswa dan pembaca dapat mengetahui penyebab terjadinya penyakit Atresia Ani.
3.      Siswa dan pembaca dapat mengetahui cara pencegahan penyakit Atresia Ani.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Atresia Ani
Istilah atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.
Atresia ani adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar (Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi,2001). 
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate meliputianus,rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.

B.     Penyebab Atresia Ani
Penyebab atresia ani belum diketahui secara pasti tetap ini merupakan penyakit anomaly kongenital (Bets. Ed tahun 2002). Namun ada sumber mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus dari tonjolan embriogenik.  Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1.    Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur.
2.    Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3.    Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
4.    Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

C.    Tanda dan Gejala
·      Mekonium tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
·      Tinja keluar dari vagina atau uretra
·      Perut menggembung
·      Muntah
·      Tidak bisa buang air besar
·      Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula
·      Pada atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa.

D.    Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena : 
1)    Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara   komplit karena      gangguan   pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik  
2)   Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang  dubur  
3)  Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan  pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan  
           4)    Berkaitan dengan sindrom down 
           5)    Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan

E.     Pencegahan Atresia Ani
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan:
·   Tidak merokok dan menghindari asap rokok
·   Menghindari alcohol
·   Menghindari obat terlarang
        ·   Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
·   Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
·   Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
·   Mengkonsumsi suplemen asam folat.

Cara lain dalam mencegah Atrsia Ani,
1.      Health Promotion

        Atresia ani merupakan kelainan penyakit yang belum ditentukan penyebabnya namun diduga pengaruh genetik orang tua terlebih riwayat pola konsumsi orang tua sepanjang usianya memiliki kemungkinan besar dalam memberikan pengaruh terhadap kelainan tersebut. Pada tahap Health Promotion ini, sebagai pencegahan tingkat pertama (primary prevention) adalah perlunya perhatian terhadap pola konsumsi sejak dini terutama sejak masa awal kehamilan menghaindari makan konsumsi makanan yang bersifat karsinogenik, mengakses Antenatal Care (ANC), serta olah raga dan istirahat yang cukup.

2.      Spesific Protection

        Tahap ini masih merupakan tahap pencegahan tingkat pertama dimana belum terjadinya kelainan maupun tanda-tanda yang berhubungan dengan penyakit atau kelainan atresia ani tersebut. Pada tahap specific protection ini, pencegahan lebih mengarah pada perlindungan terhadap ancaman agent penyakitnya. Misalnya, melakukan akses pelayanan Antenatal Care (ANC) terutama pada skrining ibu hamil berisiko tinggi, imunisasi ibu hamil, pemberian tablet tambah darah dan pemeriksan rutin sebaga upaya deteksi dini obstetri denagn komplikasi.

3.      Early Diagnosis dan Prompt treatment

        Tahap ini termasuk dalam tahap pencegahan tingkat dua (secondary prevention) yaitu pencegahan pada saat awal sakit suatu penyakit. Pada kasus atresia ani perlunya penjelasan kembali diagnosis sehingga keluarga harus mengulang diagnosis, pemeriksaan diperlukan secara rutin oleh dokter untuk melakukan keputusan selanjutnya sampai pada akhir perlunya pembedahan. Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum mengemukkan diagnosa keperawatan, sehingga dapat diperoleh diagnosa keperawatan yang spesifik. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien atresia ani yaitu :
a.         kontinen bowel (tidak efektif fungsi eksretorik berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan anus).
b.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c.         Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
d.        Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.

4.       Disability Limitation
        Pencegahan tingkat kedua ini dilakukan setelah melakukan early diagnosis dan prompt treatment.

F.     Pengobatan
Pengobatan penyakit Atresia ani menggunakan dua cara yaitu :
1)  Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205).

G.    Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Atresia Ani
1.   Identitas
 a.    Identitas Pasien
                        Nama                                       : An. K
                        Umur                                       : 1 hari
                        Jenis Kelamin                           : Perempuan
                        Agama                                     : Islam
                        Suku                                        : Jawa
                        Alamat                                     : Kradenan Rt 02/Rw 01 Gombong
                        Diagnosa Medis                       : (Atresia Ani)
                        Tanggal masuk RS                   : 13 Januari 2011 Jam 16.00
                        Tanggal / Waktu pengkajian     : 14 Januari 2011 Jam 08.00

 b.    Identitas Penanggung Jawab
                        Nama   Orang Tua                   : Ny. E
                        Umur                                       : 33 tahun
                        Pekerjaan                                 : Swasta
                        Alamat                                     : Kradenan Rt 02/Rw 01
                        Hubungan dengan pasien          : Ibu

2.   Riwayat keperawatan
a.       Keluhan utama
Tidak bisa buang Air Besar (BAB)
             b.   Keluhan tambahan
Nyeri pada Abdomen
 c.   Riwayat penyakit sekarang
               Pasien datang ke IGD pada tanggal 13 Januari 2011 jam 16.00 WIB dengan diantar keluarganya, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak dapat buang air besar dan ia terus menangis, badanya lemas.

 3.     Diagnosa Keperawatan
 a.  Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
 b.  Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.
 c. Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan.

4.    Rencana Keperawatan
a.    Diagnosa Pre Operasi
Dx. 1 Konstipasi berhubungan dengan aganglion
Tujuan : Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria Hasil :
- Penurunan distensi abdomen.
- Meningkatnya kenyamanan.

Intervensi I :
1.    Lakukan enema atau irigasi rectal sesuai order
                 R/ Evaluasi bowel meningkatkan kenyaman pada anak.
2.    Kaji bising usus dan abdomen setiap 4 jam
                          R/ Meyakinkan berfungsinya usus
3.    Ukur lingkar abdomen
                          R/ Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi

Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan menurunnya   intake, muntah.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
- Output urin 1-2 ml/kg/jam
- Capillary refill 3-5 detik
- Turgor kulit baik
- Membrane mukosa lembab

Intervensi II :
1.    Monitor intake – output cairan
                          R/ Dapat mengidentifikasi status cairan klien
2.    Lakukan pemasangan infus dan berikan cairan IV
                          R/ Mencegah dehidrasi
3.    Pantau TTV
                          R/ Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi

Dx 3 Cemas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan.
Tujuan : Kecemasan orang tua dapat berkurang
Kriteria Hasil :
 - Klien tidak lemas

Intervensi III :
1.        Jelaskan dengan istilah yang dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi saluran pencernaan normal. Gunakan alay, media dan gambar
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2.        Beri jadwal studi diagnosa pada orang tua
R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat membantu menurunkan
kecemasan
3.        Beri informasi pada orang tua tentang operasi kolostomi
R/ Membantu mengurangi kecemasan klien

b.    Diagnosa Post Operasi
Dx 1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari kolostomi.
Tujuan : Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.

Intervensi I :
1.  Gunakan kantong kolostomi yang baik
2.    Kosongkan kantong ortomi setelah terisi ¼ atau 1/3 kantong
3.    Lakukan perawatan luka sesuai order dokter

Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan dengan perawatan di rumah.
                     Tujuan : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang perawatan di  rumah.

Intervensi II :
1.    Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya pemberian makan tinggi kalori tinggi protein.
2.    Ajarkan orang tua tentang perawatan kolostomi.

5.   Evaluasi
Pre Operasi
Post operasi
1. Tidak terjadi konstipasi
2. Defisit volume cairan tidak terjadi
3. Lemas berkurang
1. Kerusakan integritas kulit tidak terjadi
2. Infeksi tidak terjadi
3. Klien memiliki pengetahuan perawatan di rumah
4. Nyeri berkurang






BAB III
PENUTUP


A.       Kesimpulan
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R, 2001). Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup signifikan yakni down syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus) (Swenson dkk, 1990).
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam kandungan.

B.       Saran
1.    Bagi Penulis : Saran bagi penulis, semoga penulis dapat menjadikan makalah ini menjadi salah satu sumber bacaan yang dapat menghasilkan ilmuyang bermanfaat.
2.    Bagi Masyarakat : Semoga makalah ini dapat dijadikan pengalaman agar suatu saat nanti tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
3.    Bagi Tenaga Medis : Semoga dengan makalah ini tenaga medis dapat memberikan yang terbaik lagi bagi masyarakat khususnya bagi bayi yang baru lahir yang mengalami penyakit ini.





DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.