Sabtu, 26 Desember 2015
Minggu, 30 Agustus 2015
ATRESIA ANI
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresiani
termasuk kelainan kongenital yang cukup sering dijumpai, menunjukkan suatu
keadaan tanpa anus atau dengan anus yang tidak sempurna. Frekuensi seluruh
kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran,
sedangkan atresiani didapatkan 1 % dari seluruh kelainan kongenital pada
neonatus Frekuensi paling tinggi didapatkan pada ras kaukasia dan kulit
berwarna, sedangkan pada negro, frekuensi paling rendah.
Atresia
ani adalah tidak lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau
tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi & Yuliani, R,
2001). Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan dengan
penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang cukup
signifikan yakni down syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya saja
dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks
vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus)
(Swenson dkk, 1990).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari uraian dalam latar belakang di atas, dirumuskan permasalahan-permasalahan
sebagai berikut :
1. Apa yang
dimaksud dengan Atresia Ani?
2. Apa penyebab
dari Atresia Ani?
3. Sebutkan
tanda dan gejala Penyakit Atresia Ani?
4. Bagaimana
Pencegahan Penyakit Atresia Ani?
5. Sebutkan
pengobatan penyakit Atresia Ani?
6. Contoh Kasus
Atresia Ani?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian dari penyakit
Atresia Ani.
2. Menjelaskan dan dapat
mengetahui penyebab terjadinya penyakit
Atresia Ani.
3. Menyebutkan anda dan gejala Atresia
Ani.
4. Menjelaskan cara untuk mencegah
terjadinya penyakit Atresia Ani.
5. Menyebutkan tanda dan gejala
penyakit Atresia Ani.
6. Menjelaskan Cotoh kasus pada pasien
Atresia Ani.
D. Manfaat
Penulisan
1.
Siswa dapat mengetahui pengertian dari
penyakit Atresia Ani.
2.
Siswa dan pembaca dapat mengetahui
penyebab terjadinya penyakit Atresia Ani.
3.
Siswa dan pembaca dapat mengetahui cara
pencegahan penyakit Atresia Ani.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Atresia Ani
Istilah
atresia berasal dari bahasa Yunani yaitu “a” yang berarti tidak ada dan trepsis
yang berarti makanan atau nutrisi. Dalam istilah kedokteran, atresia adalah
suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal.
Atresia ani
adalah malformasi congenital dimana rectum tidak mempunyai lubang keluar
(Walley,1996). Ada juga yang menyebutkan bahwa atresia ani adalah tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara
abnormal (Suriadi,2001).
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforate meliputianus,rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002)Atresia ini atau anus imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran
yang memisahkan bagian entoderm mengakibatkan pembentukan lubang anus yang
tidak sempurna. Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rectum. (sumber
Purwanto. 2001 RSCM)
Atresia Ani
merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus
(Donna L. Wong, 520 : 2003). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi
dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam
kandungan.
B.
Penyebab
Atresia Ani
Penyebab
atresia ani belum diketahui secara pasti tetap ini merupakan penyakit anomaly
kongenital (Bets. Ed tahun 2002). Namun ada sumber
mengatakan kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan
pembentukan anus dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran
pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi
dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
3. Adanya gangguan atau
berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta
traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia
kehamilan.
4. Atresia ani adalah suatu
kelainan bawaan.
C.
Tanda dan
Gejala
·
Mekonium
tidak keluar dalam waktu 24-48 jam setelah lahir
·
Tinja
keluar dari vagina atau uretra
·
Perut menggembung
·
Muntah
·
Tidak bisa buang air besar
·
Tidak
adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula
·
Pada
atresia ani letak rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan elektrolit
dan asam basa.
D.
Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan
karena :
1) Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari
tonjolan embrionik
2) Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah
dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur
3) Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada
kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga
bulan
4) Berkaitan dengan sindrom down
5) Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
E.
Pencegahan Atresia Ani
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat
dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko
terjadinya kelainan bawaan:
· Tidak merokok dan menghindari asap rokok
· Menghindari alcohol
· Menghindari obat terlarang
· Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin
prenatal
· Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
· Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
· Mengkonsumsi suplemen asam folat.
Cara lain dalam mencegah Atrsia Ani,
1. Health Promotion
Atresia ani merupakan kelainan penyakit yang belum ditentukan penyebabnya namun diduga pengaruh genetik orang tua terlebih riwayat pola konsumsi orang tua sepanjang usianya memiliki kemungkinan besar dalam memberikan pengaruh terhadap kelainan tersebut. Pada tahap Health Promotion ini, sebagai pencegahan tingkat pertama (primary prevention) adalah perlunya perhatian terhadap pola konsumsi sejak dini terutama sejak masa awal kehamilan menghaindari makan konsumsi makanan yang bersifat karsinogenik, mengakses Antenatal Care (ANC), serta olah raga dan istirahat yang cukup.
2.
Spesific
Protection
Tahap ini masih merupakan tahap pencegahan tingkat pertama dimana belum terjadinya kelainan maupun tanda-tanda yang berhubungan dengan penyakit atau kelainan atresia ani tersebut. Pada tahap specific protection ini, pencegahan lebih mengarah pada perlindungan terhadap ancaman agent penyakitnya. Misalnya, melakukan akses pelayanan Antenatal Care (ANC) terutama pada skrining ibu hamil berisiko tinggi, imunisasi ibu hamil, pemberian tablet tambah darah dan pemeriksan rutin sebaga upaya deteksi dini obstetri denagn komplikasi.
3.
Early
Diagnosis dan Prompt treatment
Tahap ini termasuk dalam tahap pencegahan tingkat dua (secondary prevention) yaitu pencegahan pada saat awal sakit suatu penyakit. Pada kasus atresia ani perlunya penjelasan kembali diagnosis sehingga keluarga harus mengulang diagnosis, pemeriksaan diperlukan secara rutin oleh dokter untuk melakukan keputusan selanjutnya sampai pada akhir perlunya pembedahan. Data yang diperoleh perlu dianalisa terlebih dahulu sebelum mengemukkan diagnosa keperawatan, sehingga dapat diperoleh diagnosa keperawatan yang spesifik. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien atresia ani yaitu :
a.
kontinen
bowel (tidak efektif fungsi eksretorik berhubungan dengan tidak lengkapnya
pembentukan anus).
b.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
c.
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan kolostomi.
d.
Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
4.
Disability Limitation
Pencegahan
tingkat kedua ini dilakukan setelah melakukan early diagnosis dan prompt
treatment.
F.
Pengobatan
Pengobatan penyakit Atresia ani menggunakan dua cara yaitu :
1)
Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
2) Fiktusi yaitu dengan melakukan
kolostomi sementara dan setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat
anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205).
G.
Asuhan
Keperawatan pada pasien dengan Atresia Ani
1.
Identitas
a. Identitas
Pasien
Nama :
An. K
Umur : 1 hari
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama :
Islam
Suku :
Jawa
Alamat :
Kradenan Rt 02/Rw 01 Gombong
Diagnosa Medis : (Atresia Ani)
Tanggal masuk RS : 13 Januari 2011 Jam 16.00
Tanggal / Waktu pengkajian : 14 Januari 2011 Jam 08.00
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama Orang
Tua : Ny. E
Umur :
33 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kradenan Rt 02/Rw
01
Hubungan dengan pasien : Ibu
2. Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Tidak bisa buang Air Besar (BAB)
b. Keluhan tambahan
Nyeri pada
Abdomen
c. Riwayat
penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD pada tanggal 13
Januari 2011 jam 16.00 WIB dengan diantar keluarganya, Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak dapat buang air besar dan ia terus menangis, badanya
lemas.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi berhubungan dengan aganglion.
b. Risiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan menurunnya intake, muntah.
c. Cemas orang tua berhubungan dengan
kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur perawatan.
4. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Pre Operasi
Dx. 1 Konstipasi
berhubungan dengan aganglion
Tujuan :
Klien mampu mempertahankan pola eliminasi BAB dengan teratur.
Kriteria
Hasil :
- Penurunan distensi abdomen.
- Meningkatnya kenyamanan.
Intervensi I :
1. Lakukan enema atau irigasi rectal
sesuai order
R/ Evaluasi bowel meningkatkan
kenyaman pada anak.
2. Kaji bising usus dan abdomen setiap
4 jam
R/
Meyakinkan berfungsinya usus
3. Ukur lingkar abdomen
R/
Pengukuran lingkar abdomen membantu mendeteksi terjadinya distensi
Dx. 2 Resiko kekurangan volume cairan
berhubungan dengan menurunnya intake,
muntah.
Tujuan : Klien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan
Kriteria Hasil :
- Output
urin 1-2 ml/kg/jam
- Capillary
refill 3-5 detik
- Turgor
kulit baik
- Membrane
mukosa lembab
Intervensi II :
1. Monitor intake – output cairan
R/
Dapat mengidentifikasi status cairan klien
2. Lakukan pemasangan infus dan berikan
cairan IV
R/
Mencegah dehidrasi
3. Pantau TTV
R/
Mengetahui kehilangan cairan melalui suhu tubuh yang tinggi
Dx 3 Cemas
orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
perawatan.
Tujuan :
Kecemasan orang tua dapat berkurang
Kriteria
Hasil :
- Klien
tidak lemas
Intervensi III :
1. Jelaskan dengan istilah yang
dimengerti oleh orang tua tentang anatomi dan fisiologi saluran pencernaan
normal. Gunakan alay, media dan gambar
R/ Agar orang tua mengerti kondisi klien
2. Beri jadwal studi diagnosa pada
orang tua
R/ Pengetahuan tersebut diharapkan dapat
membantu menurunkan
kecemasan
3. Beri informasi pada orang tua
tentang operasi kolostomi
R/ Membantu mengurangi kecemasan klien
b. Diagnosa Post Operasi
Dx 1
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terdapat stoma sekunder dari
kolostomi.
Tujuan :
Klien tidak ditemukan tanda-tanda kerusakan kulit lebih lanjut.
Intervensi
I :
1. Gunakan
kantong kolostomi yang baik
2. Kosongkan kantong ortomi setelah
terisi ¼ atau 1/3 kantong
3. Lakukan perawatan luka sesuai order
dokter
Dx 2 Kurang pengetahuan berhubungan
dengan perawatan di rumah.
Tujuan : Orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya
tentang perawatan di rumah.
Intervensi II :
1. Ajarkan pada orang tua tentang
pentingnya pemberian makan tinggi kalori tinggi protein.
2. Ajarkan orang tua tentang perawatan
kolostomi.
5.
Evaluasi
Pre Operasi
|
Post operasi
|
1. Tidak
terjadi konstipasi
2. Defisit
volume cairan tidak terjadi
3. Lemas
berkurang
|
1. Kerusakan
integritas kulit tidak terjadi
2. Infeksi
tidak terjadi
3. Klien
memiliki pengetahuan perawatan di rumah
4. Nyeri
berkurang
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia ani adalah tidak lengkapnya perkembangan
embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara abnormal (Suriadi &
Yuliani, R, 2001). Beberapa kelainan kongenital dapat ditemukan bersamaan
dengan penyakit atresia ani, namun hanya 2 kelainan yang memiliki angka yang
cukup signifikan yakni down syndrome (5-10%) dan kelainan urologi (3%). Hanya
saja dengan adanya fekaloma, maka dijumpai gangguan urologi seperti refluks
vesikoureter, hydronephrosis dan gangguan vesica urinaria (mencapai 1/3 kasus)
(Swenson dkk, 1990).
Atresia Ani
merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus
(Donna L. Wong, 520 : 2003). Sumber lain menyebutkan atresia ani adalah kondisi
dimana rectal terjadi gangguan pemisahan kloaka selama pertumbuhan dalam
kandungan.
B. Saran
1.
Bagi Penulis : Saran bagi penulis, semoga penulis
dapat menjadikan makalah ini menjadi salah satu sumber bacaan yang dapat
menghasilkan ilmuyang bermanfaat.
2.
Bagi Masyarakat : Semoga makalah ini dapat dijadikan
pengalaman agar suatu saat nanti tidak ada keluarga yang menderita penyakit
yang sama.
3.
Bagi Tenaga Medis : Semoga dengan makalah ini tenaga
medis dapat memberikan yang terbaik lagi bagi masyarakat khususnya bagi bayi
yang baru lahir yang mengalami penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden.
2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisike-3. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman
Klinis Keperawatan Pediatrik. Sri Kurnianianingsih (ed), Monica Ester (Alih
Bahasa). edisi ke-4. Jakarta : EGC.
Langganan:
Postingan (Atom)